S
|
aya lahir dari orang
tua berkesukubangsaan berbeda, Ibu dari suku Jawa dan Bapak dari suku Sunda.
Sebelum berumur 18 tahun, saya mengidentifikasikan diri saya sebagai orang dari
suku Jawa, ini dikarenakan saya yang memang lahir diperkampungan suku Jawa dan
saya lebih dekat dengan ibu saya. Saya merasakan bahwa diri saya adalah suku
Jawa karena saya memiliki pandangan dan telah melihat beberapa contoh bahwa
orang dari suku Jawa-lah yang menguasai Indonesia, mendominasi jabatan-jabatan
tertinggi contohnya dapat dilihat dari presiden-presiden Indonesia yang banyak
keturunan dari suku Jawa. Sifat-sifat suku Jawa pun menurut stereotip masyarakat mereka adalah
pekerja keras, pintar, rajin, mandiri dan mempunyai kharisma yang kuat sehingga
saya malu ketika mengigat kalau saya memiliki darah suku Sunda. Saya malu
menjadi seorang Sunda karena setelah mengamati dari orang-orang terdekat.
Mereka itu pemalas, tidak berani menanggung risiko, bertempramental tinggi,
keras kepala. Saat itulah saya benar-benar merasakan saya adalah seorang Jawa
karena sifat-sifat saya berlainan dari sifat-sifat yang umumnya dimiliki oleh
orang dari suku Sunda.
Tetapi ketika saya
genap berumur 18 tahun, saya mulai mengerti bahwa saya adalah orang dari suku
Sunda. Saya mungkin lahir diperkampungan suku Jawa tetapi saya hidup belasan
tahun di bandung, dikelilingi oleh banyak orang sunda, Ibu saya pernah
mengatakan tentang status kesukubangsaan saya, “Kamu itu punya darah Sunda yang
kental dari bapak kamu...” pertama kali saya mendengar kata-kata ini, saya
sangat tidak setuju dengan pernyataanya, dan saya sangat menolak kalau saya
adalah seorang Sunda.
Setelah
penolakan-penolakan yang saya lakukan atas status kesukunbangsaan saya akhirnya
saya mengerti, memang dari sifat saya jauh berbeda dengan kebanyak orang dari
suku Sunda yang lain, tetapi dalam masalah sikap apapun apalagi ketika
menghadapi masalah sikap kami tidak jauh berbeda, sikap yang saya keluarkan
adalah sikap orang Sunda. Menurut tradisi keluarga dinyatakan bahwa anak yang
lahir akan mengikuti garis bapaknya. Sekarang saya merasa begitu Sunda ketika
saya bergaul dengan teman-teman yang lain, saya merasa lepas ketika berbicara
dengan seorang sunda atau setidaknya mengerti bahasa sunda daripada dengan yang
lain, dari rasa humorpun saya lebih suka humor yang berasal dari mulut atau
dari seseorang yang bersuku sunda, karena ketika saya mendengarkan lelucon yang
dilontarkan dari orang yang berkesukubangsaan yang lain saya tidak merasa
terhibur, dan terkadang itu terasa tidak lucu sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar